PostsChallengesPortalsAuthorsBooks
Sign Up
Log In
Posts
Challenges
Portals
Authors
Books
beta
Sign Up
Search
Profile avatar image for MochamadAndri
MochamadAndri

Bajak laut yang Merampas Kebijaksanaan

If you dont understaind this language lets take your dictionary or open google translate, cause the poetry using indonesian language (bahasa). on my poets I tell about Pirates.

Mereka bersatu

Mereka berseru

Mereka berkumpul

Mereka terpecah

Kapal nya terlalu penuh

Kapal nya bocor

Kapal nya nyaris karam

Kapten mati dalam ke sia-sia an

Terapung di tengah lautan

Terlalu banyak suara yang diperbincangkan

Terlalu banyak suara yang diperdebatkan

Terlalu banyak suara yang direbutkan

Haruskah mereka tenggelam lalu menyesal

Sang bijaksana merebut perhatian masa yang panik

"Buang sekarang atau kita mati sekarang, seru sang bijaksana

Mereka berseru, kenapa semua itu harus dibuang!!!!???

Di buang atau tidak, kita semua tetap mati terkubur pasir dibalik air laut", seru sang bijaksana

"Apa yang akan kita rasakan dari harta yang membuat kapal ini berat? Apa yang akan kita dapatkan dari nya menjelang kematian semua itu hanya sia-sia", seru salah satu dari mereka yang mendengar

"Betul betul betul, kita menjadi bajak laut karena keterpaksaan lalu kita akan mati dalam keterpaksaan, aku tidak mau mati penasaran, bila kalian mau bawalah harta tersebut namun pergilah dari kapal ini dan berenang dilautan agar kalian punya harapan menikmatinya"

Lahirlah sang picik dan mengajak kawanan untuk mencari harta rampasan, mereka melempar nya kelautan

"Sekarang kalian nikmatilah kebijaksanaan kalian dan mati dalam ketiadaan, seru sang picik yang memilih melempar diri untuk berenang di lautan"

Kapal menjadi ringan namun air terus masuk, masuk dan masuk

Mereka semua berdiri di dek kapal

Kapal yang kini berlubang besar dari sisa pertermpuran yang mereka lupakan

Lubang yang terlahir kecil dan menganga semakin besar tidak diperbaiki, karena lupa

Mereka bersembunyi dalam takut, dalam kalut

Tubuh mereka menerjang air

Mata mereka memandang golongan picik yang tenggelam karena beban

Mata mereka memandang satu persatu dari mereka yang mati

Bongkahan kayu dari kapal mengapung

Mereka menggapai semua kayu dan saling bantu

Mereka tersapu dan terbawa ombak

Ada yang mati, hilang terbawa ombak, bunuh diri dan ada pula yang tetap terbawa ombak

Mereka tidur tak sadarkan diri

Sang bijaksana berseru, kita berada di surga kita telah tiba bangun kawan-kawan, dipulau kecil ini begitu banyak hewan yang harus kita buru, banyak emas dalam gua yang berada di pulau ini, banyak tanaman yang menunggu kita pasak, kita akan mati dengan nasib tak seperti hari kemarin

Apakah kita mati, seru satu dari kawanan nya

Kita hidup untuk mati dalam pulau yang menjanjikan kebijaksanaan ini kawan, seru sang bijaksana

Mereka berdiri dan bergegas tanpa mengindahkan kawanan picik yang mati dalam kepicikan, penyesalan dan kecelakaan